TEKSTUAL.COM – Saat zaman semakin modern, suku Dayak Kenyah yang bermukim di Desa Rindang Benua, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) tetap menjaga tradisi, adat, dan budaya nenek moyang mereka hingga kini.
Terbukti, saat media ini mendatangi mereka tepatnya di Jalan Poros Bontang – Sangatta kilometer 10, Selasa (4/2/2020), terlihat para ibu dari suku Dayak tersebut menangkap ikan di danau masih menggunakan alat tradisional sekali, yakni jaring ikan yang diikatkan pada rotan berbentuk trapesium atau disebut lawa.
Untuk hasil tangkapan, mereka juga masih menggunakan alat tradisional, yakni bakul yang terbuat dari rotan atau biasa disebut ingen.
Salah seorang warga, Nene (47) mengungkapkan lawa itu digunakan sampai sekarang karena akan terus diwariskan pada anak cucu, sekaligus memberikan pemahaman pada anak cucu agar tahu cara bertahan hidup di alam tanpa harus merusak biota laut.
“Kami masih menggunakan lawa ini agar anak-anak tahu alat apa yang digunakan orang tuanya dulu,” jelasnya.
Dikatakan Nene, mereka mencari ikan mampu berjalan kaki sejauh dua kilometer bahkan lebih, dimulai sejak pukul 14.00 hingga 17.00 Wita. kebiasaan itu pun sudah menjadi rutinitas.
“Kami mencari ikan menggunakan lawa ini bisa smpai 3-4 kali dalam seminggu, pindah dari tempat satu ke tempat lainnya,” katanya.
Ditambahkan Puy (68), saat menggunakan lawa, itu ditegaskan sangat aman. Karena tidak menggunakan racun, setrum, dan lainnya yang dapat merusak biota danau atau sungai.
“Pokonya dengan lawa ini tetap bisa menjaga lingkungan bila digunakan,” pungkasnya. (tri)