Kabar Terkini

Pasien Covid-19 Kutim Sembuh, Begini Pengakuannya

Nensy bersama tim dokter dan perawat di RUSD Taman Husada Bontang

TEKSTUAL.com – Nensy Uli Pakpahan (43), salah seorang pasien di RSUD Taman Husada Bontang yang sempat dinyatakan positif Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) akhirnya sembuh, Selasa (7/4/2020). Dia pun berbagi cerita kesembuhannya sebelum balik ke kota asalnya di Kabupaten Kutai Timur (Kutim).

Cerita ini disampaikan sambil bercakap-cakap santai dengan jurnalis Tekstual.com, di RSUD Taman Husada Bontang, Selasa (7/4/2020). Berikut wawancara media dengan Nensy dalam bentuk tanya jawab.

Bagaimana perasaannya saat diisolasi pertama kali?

16 Maret saya diisolasi di RSUD Bontang, dirujuk dari Kutim. Saat itu saya tidak bisa tenangkan diri. Sangat sulit menenangkan perasaan saya. Apalagi membaca sosial media, berbagai kabar stigma negatif tentang saya hingga keluarga membuat tekanan beban saya waktu itu semakin bertambah. Tapi saya coba menenangkannya, yaitu dengan berdoa. Ternyata cara itu mampu menguatkan saya. Kita coba tenang dengan berdoa. Percaya sembuh. Tunjukkan ke orang-orang ini bukan aib. Ini yang saya lakukan waktu itu sampai bisa kuat.

Apa pesan kepada masyarakat yang memberikan stigma negatif ?

Orang tidak akan tahu kapan dan di mana penyakit itu didapat. Jadi janganlah saling menyalahkan. Baiknya sekarang koreksi diri masing-masing untuk menjaga rantai Covid-19 ini bisa terputus. Serta yang paling penting lagi adalah menjalankan imbauan pemerintah untuk menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), tidak berjabat tangan langsung, menjaga jarak, wajib cuci tangan, makan-makanan sehat dan vitamin agar imun tetap naik. Sebenarnya bagaimana orang itu menjaga diri agar orang lain tidak tertular dan begitupun sebaliknya. Ini yang harus dilakukan bukan stigma negatif kepada seseorang yang positif.

Bagaiman perasaan pertama kali saat tahu positif Covid-19 ?

Tentu yang saya rasakan pertama kali adalah kecewa. Karena saya berangkat ke Bogor tujuannya menjalankan tugas. Namun yang terjadi malah positif pas pulang. Kedua, perasaan yang saya rasa adalah malu. Karena saya adalah pendeta di Kutim. Tapi tak bisa dimungkiri, di manapun, kapanpun, virus ini bisa menyerang siapa saja. Karena virus ini sudah menjadi pandemi.

Perasaan keluarga saat tahu negatif?

Pasti bahagia sekali. Apalagi keluarga, terutama dua anak saya yang masih kecil. Kelas 3 dan 5 SD. Karena selama diisolasi saya tidak pernah ketemu mereka. Memang saya yang larang. Karena kalau mereka pun datang ke sini dan tidak bisa ketemu juga, kan bisa lebih sedih lagi. Nah, itu alasan saya melarang keluarga datang. Sama mencegah juga agar terhindar dari virus ini. Obat melepas rindu selama di rumah sakit ya dengan video call tiap hari.

Kira-kira covid-19 ini terkena di mana saat di Bogor?

Saya tidak tahu pasti terkena di mana. Mungkin saat naik kereta api atau saat menghadiri sidang di Hotel Aston Bogor karena di sana duduknya rapat-rapat. Baru yang hadir kurang lebih 600 orang. Memang saat saya di sana cuaca dingin karena hujan terus kan, jadi mungkin virus ini gampang sekali menyebar. Wali kotanya saja kena.

Bagaimana kepedulian Pemkab Kutim selama dirawat di Bontang?

Selama saya dirawat, pemerintah di sana sangat intens menanyakan perkembangan kesehatan saya. Hampir setiap hari mereka selalu mengecek keadaan saya di sini. Meski jauh, mereka selalu update perkembangan kesehatan saya.

Reporter: Veri Sakal

Related posts

Dinas PU Kukar Pastikan Menara Tuah Himba Bisa Dioperasikan Tahun Baru Ini

Tekstual01

Sekolah Libur karena Corona, Bupati Minta Warga Tak Panik

Tekstual01

Accident Fatality PT Pama KPCS Beredar di WA, Ini Penjelasan Polres Kutim

Tekstual01

103 Barang Bukti Inkrah Dimusnahkan Kejari Kutim, Didominasi Narkotika

Tekstual01

Anies Makan Bareng 3 Partai, Demokrat: Kami Semakin Solid

Tekstual01