Bontang Kabar Terkini

27 Tahun Berdiri, Klinik Anam Terkenal dengan Pelayanan yang Ramah

Anna (kiri) dan anaknya Fatima (kanan) berfoto bersama di depan Klinik miliknya, Klinik Anam Bontang. (ist)

Terkenal dengan keramahannya dalam memberikan pelayanan kepada pasien, menjadikan Klinik Anam banyak digandrungi sebagian masyarakat Bontang yang ingin bersalin maupun berkonsultasi seputar kehamilan. 27 tahun berkiprah di Kota Taman, Klinik Anam tetap berkomitmen memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasiennya.

Aisyah, TEKSTUAL.com

Sebagian masyarakat khususnya ibu-ibu pasti sudah tidak asing dengan Klinik Anam. Klinik yang berlokasi di Jalan WR Supratman belakang Hotel Garuda, Kelurahan Berebas Tengah itu kerap menjadi tempat favorit bagi ibu-ibu yang ingin melahirkan ataupun berkonsultasi terkait dengan masa-masa kehamilan, kesehatan ibu dan kesehatan anak.

Terkenal dengan pelayanannnya yang ramah dan komitmennya memberikan yang terbaik kepada setiap pasien, kerap membuat ibu-ibu lebih memilih klinik ini dibandingkan rumah sakit atau klinik bersalin lainnya. “Testimoni” pasien tentang pelayanan di klinik ini bahkan sampai terdengar dari mulut ke mulut. Sampai-sampai, yang datang tidak hanya warga Bontang. Warga dari Kutai Timur (Kutim) pun kerap datang untuk bersalin dan berkonsultasi di klinik ini.

Anna Chandra, perintis Klinik Anam menceritakan, awal mula dirinya mendirikan klinik ini, dilatarbelakangi oleh perbedaan data terkait kematian ibu yang dia dapatkan antara di lingkungan perusahaan Badak LNG dengan di lingkungan masyarakat umum di Bontang. Dia yang saat itu merupakan seorang bidan di Rumah Sakit Badak LNG, melihat tidak adanya angka kematian ibu di lingkungan perusahaan, namun di masyarakat umum hal itu ada terjadi.

“Saya bertanya-tanya, apa yang membedakan. Apakah dari segi gizi, atau yang lain. Karena pertanyaan-pertanyaan itu, akhirnya saya coba buka praktik sendiri. Dengan tujuan membantu dan mengedukasi hal-hal terkait kesehatan ibu dan anak,” ungkap wanita yang lebih dikenal dengan panggilan Suster Anna ini, sembari mengenang sejarah berdirinya klinik anam.

Wanita yang kini sudah berusia 73 tahun itu mengakui, awal mula merintis kliniknya tersebut tidaklah mudah. Apalagi saat itu, dia masih terikat sebagai bidan di rumah sakit. Ditambah, dirinya juga harus menata dan mengelola sendiri manajemen praktik di kliniknya. Namun karena tekad yang kuat, Anna pun akhirnya bisa membuka praktik mandiri di klinik miliknya.

Di masa-masa awal membuka praktik, suka duka pun dirasakan Anna. Salah satu kebijakan yang dia ambil kala itu, tidak memaksakan tarif kepada pasiennya. Meskipun sebenarnya, tarif tersebut merupakan haknya atas balas jasa yang sudah dia berikan. Bahkan kala itu, tarif yang dia pasang merupakan tarif yang termurah di Bontang

Meskipun demikian, hal itu tidak membuat semua pasien yang bersalin di sana sanggup membayarnya. Kwitansi berisi tagihan pun kerap menumpuk. Lantaran saat hendak ditagihkan, orang yang bersangkutan tidak dapat ditemui. Alhasil, Anna pun mengikhlaskan bayaran tersebut.

“Dulu waktu belum punya ambulans sendiri, pasien kadang saya antar dengan mobil pribadi. Pernah juga ada yang mencicil tagihan pasca melahirkan 1-2 tahun lamanya, tetap saya terima. Saat itu saya tidak begitu memusingkan tarif. Karena saat awal merintis, saya juga masih bekerja di rumah sakit dan masih menerima gaji,” ungkap wanita yang sudah menjadi bidan sejak 1978 silam itu.

Kini, sudah 27 tahun Klinik Anam berdiri. Bahkan, di klinik tersebut sudah pernah terlahir 3 generasi dari tangan dingin Anna. Mulai dari ibunya, anaknya, hingga cucunya.

“Kalau pasien menunggu mau melahirkan, saya tungguin. Secara teori, pasien menunggu ditemani keluarganya dan kita mengamati dalam berapa jam sekali untuk melihat dan mencatat pembukaannya. Tapi dalam proses melahirkan itu sakit, jadi saya ikut tungguin dan usaha menenangkan. Membantu orang melahirkan itu harus sabar,” ungkap ibu 3 anak tersebut.

Seiring berkembangnya waktu, Klinik Anam pun terus melakukan pengembangan. Dari yang sebelumnya praktik mandiri berubah status menjadi klinik. Berbagai fasilitas pun ditingkatkan. Seperti penambahan kamar rawat inap, alat-alat yang memadai, memiliki ambulans sendiri, hingga penambahan poli.

Meskipun demikian, hal tersebut tak membuat pelayanan menjadi seperti yang diharapkan. Kesulitan dan hambatan pun masih menghampiri. Di antaranya, mereka kerap kali kesulitan saat akan merujuk pasien ke rumah sakit, sebab di rumah sakit sendiri pasiennya telah melebihi kapasitas. Tak jarang, Klinik Anam mendapat teguran keras dari rumah sakit yang mereka rujuk.

Karena faktor usia, kini bidang usaha nenek bercucu 9 orang tersebut dilanjutkan oleh anak kandungnya yang ketiga, dr Fatima Zahra. Wanita yang juga merupakan dokter spesialis kandungan tersebut mengaku, meski telah berbeda zaman, namun tantangan yang dihadapi Klinik Anam pun masih ada.

Salah satunya, saat awal-awal kebijakan BPJS diberlakukan. Menurutnya hal tersebut merupakan salah satu masa-masa sulit, sebab saat itu semua pasien diharuskan untuk kontrol dan melahirkan di rumah sakit. Namun karena image pelayanan baik yang sudah begitu melekat di masyarakat, diakuinya, pasien tetap setia memilih klinik Anam.

“Karena kebijakan saat itu, jelas jumlah pasien yang datang menurun. Bahkan sudah ada berapa praktik bidan mandiri yang tutup karena tidak ada pasien yang datang,” terangnya.

Meski beberapa hal menjadi kesulitan dan hambatan dalam menjalankan klinik ini, namun baik Anna maupun Fatima mengaku akan terus mengupayakan pelayanan yang terbaik untuk pasien. Salah satunya,  bekerja sama dengan praktik bidan mandiri yang ada di Bontang. Ini bertujuan agar pasien tetap tenang dan mendapatkan pelayanan dari tenaga yang sudah berpengalaman.

“Karena niat dan tujuan kita adalah untuk kebaikan. Sesulit apapun pasti ada jalannya,” tutup keduanya. (***)

Related posts

Lengkol Membara, 4 Bangunan dan Sepeda Motor Hangus Dilahap Si Jago Merah

Tekstual01

Mulai Hari Ini, Kelurahan Loktuan Sediakan Pojok Laktasi dan Sarana Bermain Anak

Tekstual01

Badak LNG Gelar Pelatihan dan Sosialisasi Pembuatan Pot Tanaman dengan Memanfaatkan Limbah non-B3 di Kampung Tihi-tihi

Tekstual01

Peringati Maulid Nabi, Himtari Gelar Lomba Hias Telur, Disertai Beri Santunan Anak Yatim dan Lansia

Tekstual01

Bersinergi dengan Holding Pupuk Indonesia, Pupuk Kaltim Sediakan 375 Ton Pupuk dengan Harga Spesial untuk Petani di Bone

Tekstual01