TEKSTUAL.com – Sejak beberapa pekan terakhir harga telur ayam boiler di Bontang terus merosot. Penurunan harga yang signifikan ini membuat peternak ayam telur kelimpungan. Pasalnya, harga pakan ayam petelur cukup mahal tak mampu menutupi biaya dari peternak.
Saat dipantau media ini, memang terjadi penurunan harga di Pasar Taman Rawa Indah. Seperti harga telur ayam boiler ditingkat pedagang, sebelumnya mencapai Rp 34 ribu per kilogram. Namun saat ini, merosot hingga 30 ribu per kilogram.
Padahal, para pedagang atau agen sebelumnya sudah membeli dengan harga tinggi dan menyediakan pasokan yang cukup banyak.
Kepala UPT pasar Rawa Indah, Haedar menjelaskan, harga telur mengalami penurunan sebesar seribu rupiah. Menurut Haedar, berkuranganya permintaan pasar atau daya beli konsumen disinyalir menjadi pemicu turunnya harga telur tersebut.
Haedar menambahkan, harga telur ayam boiler di Pasar Rawa Indah tertinggi dikisaran 34 ribu. Kondisi itu terjadi saat menjelang lebaran. Sedangkan pada hari biasa harga berkisar antara Rp 32 ribu sampai Rp 33 ribu per kilogramnya.
“Sejak beberapa hari ini harga telur ayam boiler memang mengalami penurunan,” ungkapnya.
Sementara, Analis Perdagangan Dinas Koperasi dan UMKM Bontang, Anita memperkirakan tren harga eceran telur ayam boiler atau ras akan mengalami penurunan sampai pertengahan September 2021. Hal ini terjadi jika permintaan terhadap komoditas ini tidak meningkat secara signifikan. Dijelaskan pula dia, pemicu turunnya harga telur adalah produksi yang berlimpah, namun tidak terserap banyak oleh pasar. Itu juga karena adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) terutama di wilayah Kaltim khususnya Bontang, sehingga mengakibatkan konsumsi dan permintaan telur ayam berkurang.
“Proyeksi jika tidak ada upaya menahan turunnya harga telur, harga akan turun sampai minggu kedua bulan September 2021. Dan harga telur akan mengalami peningkatan hingga akhir Oktober 2021,” terangya.
Sementara, salah seorang Agen Telur, Mapayuki yang menyalurkan telur di 3 pasar Bontang per 01 Agustus 2021, kata dia memang harga rata-rata telur ayam boiler atau ras distributor per kilogram sebesar Rp 32 ribu ( ukuran besar ) dan yang telur ayam boiler atau ras yang kecil Rp 30 ribu. Sementara ditingkat agen dijual dengan harga per kilogram sebesar Rp 34 ribu ( ukuran besar ) dan yang telur ayam boiler atau ras yang kecil Rp 32 ribu.
“Selisihnya bisa mencapai Rp 2.000 per kilogram,” bebernya.
Mapayuki menambahkan, Karena saat ini harga telur ayam boiler turun, tentu pedagang atau agen telur ayam boiler banyak mengalami kerugian, mengingat pembelian dari produsen atau peternak mereka sudah membeli diharga yang tinggi.
Hingga saat ini, pihaknya belum menemukan adanya praktek curang yang dilakukan oleh pedagang telur ayam boiler untuk melakukan spekulasi dalam hal penjualan atau mempermainkan harga telur tersebut.
“Kami meminta, bilamana memang ditemukan agar aparat dapat menindak pelaku spekulan yang ada karena dapat mengganggu atau merusak harga dalam penjualan telur ayam boiler,” pintanya
Langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pemerintah dalam menyingkapi adanya penurunan harga telur ayam boiler tersebut yakni dengan cara mendokrak kembali harga telur ayam boiler dipasaran dan menekan biaya pakan ditingkat peternak atau produsen ayam petelur berupa jagung, sehingga kedua hal tersebut dapat diharapkan dapat menekan atau minimal menstabilkan harga telur ayam boiler ditingkat produsen atau peternak atau pedagang maupun agen telur ayam boiler.
Melihat adanya penurunan harga telur ayam boiler ditingkat pedagang atau agen yang ada di Bontang, ditambah lagi dengan adanya pembatasan kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah berupa PPKM dimasa pandemi Covid 19 menambah terpuruknya pendapatan dari mereka mengingat daya beli konsumen berkurang.
Seperti diketahui bahwa untuk harga telur ayam ditingkat peternak saat ini di kisaran Rp 16 ribu sampai Rp 17 ribu per kilogram, berdasarkan data Asosiasi Peternak Layer Nasional. Harga tersebut jauh dibawah harga acuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah sebesar Rp 19 ribu sampai Rp 21 ribu per kilogram, dan berdasarkan ketentuan Permendag Nomor 7 Tahun 2020, sehingga peternak maupun pedagang saat ini mengalami kerugian karena beberapa waktu yang lalu telah membeli dengan harga yang tinggi ketika saat ini turun dan para pedagang mengalami kerugian. (ver)