TEKSTUAL.COM – Forum Komunikasi Putra Putri Sulawesi Barat (FKPSB) Bontang menggelar lomba permainan Tradisional, di lapangan olahraga Lembah Ujung, Berbas Tengah, Selasa (18/2/2020).
Lomba tersebut masih rangkaian kegiatan wisata kuliner Sulawesi Barat (Sulbar) yang rutin digelar setiap dua bulan sekali, minggu pertama dan ketiga.
Ketua FKPSB Bontang Syarifuddin menjelaskan dalam perlombaan ini, ada tiga permainan tradisional yang diperlombakan. Diantaranya gasing, mopelle, dan redi rapang.
Untuk gasing, lomba ini memang rutin dilaksanakan seminggu sekali antar komunitas. Namun dalam lomba kali ini, sedikit berbeda pada umumnya.
Biasa hanya melempar gasing setengah meter, dalam lomba peserta harus melempar dari jarak 3 meter. Dengan ukuran gasing 9 sentimeter.
“Bontang ini terdapat sebuah komunitas gasing yang sudah di koordinir Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dispopar),” terangnya.
Syarifuddin mengatakan komunitas yang dikoordinir oleh Dispopar sudah sering berlomba sampai tingkat provinsi hingga nasional. Mereka tergabung di dalam sebuah organisasi dengan nama Olahraga Rekreasi Masyarakat.
“Sampai saat ini total anggota komunitas gasing sebanyak 40 orang,” jelasnya.
Selain gasing, ada lomba mopelle. Permainan khas Sulbar ini menggunakan tempurung kelapa yang dibelah dua sebagai bahan permainan.
Cara bermain mopelle adalah dengan memutar tempurung kelapa. Permainan ini dimainkan per grup dengan total pemain sebanyak 3 orang.
Dalam satu grup terdiri atas pria dan wanita sebagai pemain. Penilaian dipermainan ini ada lima tahap untuk mendapatkan 1 point.

Yang tak kalah menarik dari lomba gasing dan mopelle, ada juga lomba redi papang atau lomba olahraga sejenis bulu tangkis.
Perbedaannya di sini hanya pada raket, karena mopelle pemukulnya (passappa) terbuat dari kayu ringan yang dibentuk sedemikian rupa mirip raket sungguhan dengan gagang sedikit pendek.
Dijelaskan Syarifuddin mulai dari makanan khas sampai permainan adat, masayarat menyambut baik.
“Kami berharap dengan adanya kegiatan kuliner hingga lomba tradisional ini, komunitas kami bisa seperti komunitas lainnya,” harapnya. (hrs)