Kepala Disdik Kutim Roma Malau (kedua dari kiri) bersama SVP Marketing Viu Shorts Myra Suraryo.
TEKSTUAL.COM – Pengembangan sineas bakal menjadi mata pelajaran muatan lokal di dunia pendidikan Kabupaten Kutai Timur (Kutim). Sineas merupakan sebutan untuk seseorang yang memiliki keahlian tentang cara dan teknik pembuatan film. Melalui muatan lokal ini, anak-anak yang memiliki keterampilan bakat dan talenta di usia muda dapat mengasah kemampuannya untuk membuat karya film pendek.
Roma Malau selaku Kepala Dinas Pendidikan Kutim mengatakan, muatan lokal ini digagas dengan merangkul Viu Shorts musim kedua. Diharapkan anak muda Kutim dapat mengembangkan karya anak Indonesia termasuk Kota Sangatta. Nantinya karya anak Kutim ini akan di distribusikan secara global melalui platform Viu dan menjadi viral di media sosial Indonesia.
Kata dia, muatan lokal ini diadakan agar karya anak didik di Kutim dapat dikenal oleh bangsa Indonesia. Sehingga dapat mengangkat sebuah kisah pengabdian seorang guru di daerah pinggiran/pedalaman.
“Kami ingin angkat kisah tentang pengabdian seorang guru yang mengajar di daerah pelosok. Di sana pun masih kental tentang kebudayaannya yaitu Suku Dayak Basap. Ini unik, kearifan lokal yang dimiliki daerah kita karena bangsa yang baik ialah bangsa yang mengenang sejarahnya,” sebut Roma.
Sementara itu Viu akan memberikan beasiswa kepada peserta yang berbakat untuk melanjutkan pendidikan sinematografi selama empat tahun di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Peserta nantinya berkesempatan untuk bekerja paruh waktu bersama tim Viu Original.
Myra Suraryo selaku SVP Marketing memaparkan, Viu Shorts musim pertama dimulai sejak pada 2018 lalu dan sukses menghasilkan pembuatan 17 film pendek lokal. Film pendek hasil Viu Shorts musim pertama ditayangkan secara internasional di ajang Marche du Film, Cannes Film festival 2019.
“Kami senang dengan hasil dari program Viu Shorts musim pertama yang mengarah pada penemuan 17 sutradara muda berbakat sudah lebih dari 500 talenta muda kreatif bidang film dan satu sarjana film dari 17 kota se-Indonesia. Dari situlah penting bagi kami untuk meningkatkan tingkat partisipasi baik dalam jumlah kota dan peluang yang diberikan,” kata Myra yang menyebut pihaknya bekerja sama Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (Bekraf) dalam mendukung program pengembangan film Indonesia. (vit)